Kopi Gayo Kopi Dunia
Aceh merupakan salah satu daerah penghasil kopi Indonesia dan Dunia, secara umum di Aceh tedapat dua varietas kopi, yaitu Arabica dan Robusta. Dalam artikel kali ini Kupi Agara membahas tentang salah satu varietas kopi aceh yakni kopi gayo jenis arabika.
Kopi Gayo yang ditanam di Indonesia awalnya berasal dari penjajah Belanda yang membawa bibit kopi dari negeri Arab ke Indonesia sekitar abad XVII dalam bentuk biji kopi Arabika Mocca. Setelah beberapa ratus tahun Belanda menjajah Indonesia, hingga mereka memasuki dan menguasai Aceh pada tahun 1904, Belanda mempelajari struktur dan bentuk tanah serta iklim di Aceh, akhirnya mereka menjadikan Aceh sebagai ladang kopi, menurut Belanda tanah Gayo sangat cocok untuk perkebunan kopi. Belanda membuka perkebunan kopi gayo untuk kebutuhan Kopi Arabika dan Robusta yang sangat dicari negara-negara eropa kala itu.
Sejak dibukanya perkebunan kopi pada zaman kolonial Belanda dulu, perkebunan Kopi Gayo menjadi salah satu komoditi yang sangat menghasilkan dan menguntungkan bagi penduduk Gayo (Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues), selain harga hasil panen yang cenderung stabil bahkan sempat menjadi kopi termahal di dunia, juga kopi gayo telah menjadi satu-satunya sentra tanaman kopi berkualitas ekspor sehingga yang sangat menyumbang pendapatan dan devisa negara. Kopi gayo jenis arabika tumbuh subur karena pohon kopi tersebut sangat sesuai dengan daerah dataran tinggi gayo yang memiliki ketinggian 1200-1700 m DPL, dengan luasnya areal perkebunan dan produksi kopi gayo yang kurang lebih 82.000 Ha, kini daerah gayo menjadi penghasil kopi terbesar di dunia untuk kopi jenis Arabika.
Adapun kopi varietas arabika di daerah Aceh disebut kopi gayo, karena kopi ini ditanam oleh petani yang berdomisili di daerah dataran tinggi gayo, sedangkan gayo sendiri adalah nama Suku Asli yang mendiami daerah Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues yang mendominasi suku gayo dan umumnya berprofesi sebagai petani kopi jenis arabika, sehingga nama kopi yang dihasilkan daerah ini identik dengan nama suku daerahnya dan melekat namanya menjadi kopi gayo.
Kopi Gayo yang ditanam di Indonesia awalnya berasal dari penjajah Belanda yang membawa bibit kopi dari negeri Arab ke Indonesia sekitar abad XVII dalam bentuk biji kopi Arabika Mocca. Setelah beberapa ratus tahun Belanda menjajah Indonesia, hingga mereka memasuki dan menguasai Aceh pada tahun 1904, Belanda mempelajari struktur dan bentuk tanah serta iklim di Aceh, akhirnya mereka menjadikan Aceh sebagai ladang kopi, menurut Belanda tanah Gayo sangat cocok untuk perkebunan kopi. Belanda membuka perkebunan kopi gayo untuk kebutuhan Kopi Arabika dan Robusta yang sangat dicari negara-negara eropa kala itu.
Sejak dibukanya perkebunan kopi pada zaman kolonial Belanda dulu, perkebunan Kopi Gayo menjadi salah satu komoditi yang sangat menghasilkan dan menguntungkan bagi penduduk Gayo (Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues), selain harga hasil panen yang cenderung stabil bahkan sempat menjadi kopi termahal di dunia, juga kopi gayo telah menjadi satu-satunya sentra tanaman kopi berkualitas ekspor sehingga yang sangat menyumbang pendapatan dan devisa negara. Kopi gayo jenis arabika tumbuh subur karena pohon kopi tersebut sangat sesuai dengan daerah dataran tinggi gayo yang memiliki ketinggian 1200-1700 m DPL, dengan luasnya areal perkebunan dan produksi kopi gayo yang kurang lebih 82.000 Ha, kini daerah gayo menjadi penghasil kopi terbesar di dunia untuk kopi jenis Arabika.
Adapun kopi varietas arabika di daerah Aceh disebut kopi gayo, karena kopi ini ditanam oleh petani yang berdomisili di daerah dataran tinggi gayo, sedangkan gayo sendiri adalah nama Suku Asli yang mendiami daerah Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues yang mendominasi suku gayo dan umumnya berprofesi sebagai petani kopi jenis arabika, sehingga nama kopi yang dihasilkan daerah ini identik dengan nama suku daerahnya dan melekat namanya menjadi kopi gayo.
Kopi Arabika yang dihasilkan dan diproduksi Tanah Gayo saat ini merupakan yang terbesar di Asia, Kopi Gayo merupakan salah satu ciri kekhasan Indonesia, kopi asal Aceh cukup banyak digemari oleh berbagai kalangan di dunia. Keunggulan kopi gayo adalah aroma dan cita rasa yang sangat khas, kebanyakan kopi yang dinikmati oleh pelanggan adalah rasa pahit yang tertinggal di lidah, berbeda dengan kopi gayo, rasa pahit kopinya hampir tidak terasa. Cita rasa kopi gayo yang asli sangat kental dengan aroma kopi yang harum dan rasa gurih yang tiada duanya, sehingga membuat kecanduan serta kerinduan yang tersendiri untuk mengulang kembali secangkir kenikmatannya. Dari berbagai pengalaman tester kopi dunia ada yang mengatakan dan memberikan penilaian bahwa cita rasa kopi gayo melebihi cita rasa kopi Blue Mountain yang berasal dari Jamaika.
Saat ini kopi gayo telah menjadi minuman yang spesial hampir di seluruh dunia, sehingga tidak berlebihan bila penulis mengatakan bahwa Kopi Gayo adalah Kopinya Dunia dan Kopi Dunia adalah Kopi Gayo.
Baca juga: 5 Manfaat Bubuk Kopi Gayo
Untuk menikmati sensasi cita rasa kopi gayo yang mendunia, tidak salahnya suatu waktu para pembaca singgah dan menikmati suguhan kopi spesial di Kupi Agara.
Kupi Agara
ada kopi..ada cerita..
No comments:
Post a Comment